.jpg)
 
Cerita Ngentot 2014: Akibat Melihat Foto Mesum | Aku baru selesai mandi 
sore dan mulai membuka buku untuk dibaca. Tetapi kulihat seseorang 
memasuki halaman dan aku segera menguakkan korden agar lebih jelas siapa
 yang memasuki halaman itu. Aku kaget dan gembira, ternyata yang datang 
adalah Eva, saudara sepupuku yang kuliah di Surabaya, semester pertama, 
usianya sekitar 19 tahun.
Cerita Ngentot Terbaru 2014: Akibat Melihat Foto Mesum | “Hai, kamu 
sukanya bikin kejutan. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau datang?” 
kataku basa-basi.
 “Kalau bilang dulu mau nyediain apa..”
Setelah basa-basi kutawarkan mandi dulu agar hilang capeknya. Selesai 
mandi, ia membereskan kembali tasnya. Sepintas ia melihat dinding di 
sekeliling kamarku, yang penuh dengan gambar telanjang. Dia tersenyum 
dan berkomentar.
 “Bagaimana kalau ada anak-anak yang masuk ke kamar ini”, aku jawab 
bahwa kamar ini khusus untuk orang yang sudah dewasa.
 “Kalau begitu ada gambar yang lebih porno lagi dong..”
 “Ada, mau lihat?”
 Sebelum menjawab, kuambilkan beberapa foto porno kegemaranku yang 
kusimpan di dalam lemari pakaianku.
 “Mau lihat, nggak apa-apa kok untuk pelajaran aja.”
Dengan ragu-ragu ia terima juga foto-foto kategori Mesum, dan dilihatnya
 dengan cermat, entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya aku tidak 
tahu, tapi terlihat ekspresinya begitu tenang sekali. Entah karena sudah
 terbiasa, atau karena begitu pandainya ia menyembunyikan perasaannya.
“Gimana, komentar dong.”
 “Ada filmnya nggak?”
 “Nggak ada, tapi kalau yang asli justru ada”, kataku sambil bergurau.
 “Yang asli mana, coba” aku terkejut mendengar pernyataannya, 
sampai-sampai aku hampir tidak bisa menjawabnya.
 “Eh, ada tapi itu anu..” aku jadi gugup, sambil kuarahkan jariku ke 
arah kemaluanku.
 “Tapi apa Mas..”
 “Tapi harus ada gantinya, barter gitulah.”
 “Tapi kalau yang ini aku nggak punya”, sambil ujung jarinya menunjukkan
 kemaluan pada gambar yang ia pegang.
 “Yang semacam juga nggak pa-pa”
 “Yang bener nih”, sambil tangannya bersiap-siap mau memegang daerah 
terlarangku yang masih terbungkus celana.
 “He-eh bener”, kujawab saja sekenanya, aku kira hanya gertakan saja dia
 mau memegang kemaluanku. Betapa kagetku ternyata tangannya benar-benar 
memegang kemaluanku dari luar celana.
Aku tidak bisa bilang apa-apa, selain menikmatinya dengan perasaan 
senang. Secara refleks kuraih kepalanya dan kudekap sambil dalam hati 
berkecamuk memikirkan peristiwa ini. Kalau pacar atau orang lain aku 
tidak bingung, tetapi ini adalah saudara sepupuku yang sewaktu kecil 
sering bermain bersama. Tetapi karena ia terus mengusap kemaluanku dari 
luar celana, aku buang pikiran itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku 
adalah menikmati saja peristiwa ini.
Kucium keningnya, pipinya dan bibirnya. Sambil kugerayangi punggungnya, 
lehernya, pinggangnya, pantatnya dan terakhir buah dadanya. Sebagai 
penjajakan saja apa reaksinya. Ternyata ia diam saja, bahkan semakin 
keras memegang selangkanganku. Terus kuciumi bibirnya sampai nafasnya 
memburu. Kubuka kausnya, dan aku melihat kulit tubuh yang tidak pernah 
terkena matahari itu demikian menimbulkan birahiku. Kubuka BH-nya dan 
tambah kagum aku atas keindahannya. Kuelus buah dadanya yang kenyal dan 
sekali-kali kupencet putingnya yang membuat nafasnya makin memburu. 
Begitu aku berusaha mencium buah dadanya, ia mundur sambil menarik 
tanganku ke arah tempat tidur.
Dalam keadaan telentang tampaknya ia sudah siap menerima tindakanku 
berikutnya, buah dadanya yang menantang bergelantungan. Sebelum aku 
mendekatkan diri, aku melepaskan pakaianku hingga tuntas, sehingga 
batang kejantananku yang sudah membesar tergantung-gantung mengikuti 
gerak dan langkahku. Bersamaan dengan itu ia melepaskan juga pembungkus 
tubuhnya yang masih tersisa, sehingga kami benar-benar sudah telanjang 
bulat. Tubuhnya benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, 
masih kencang, puting susunya coklat tua, mendekati hitam, perutnya 
ramping, lipatan kecil di perutnya menunjukkan belum begitu banyak lemak
 di situ, pinggulnya sedang, bulu kemaluannya tipis, sehingga bibir 
kemaluannya yang mengatup dengan rapi terlihat begitu indahnya.
Ia raih batang kemaluanku, dan aku mendekatkan diri sehingga mudah 
baginya untuk mengulum dan menjilati batang kejantananku. Sementara 
tanganku tanpa kusadari sudah meraih bibir kemaluannya yang sudah basah.
 Kuelus-elus bibir kemaluannya sambil kucari dan sesekali kusentuh 
klitorisnya. Dan kumasukkan jari tengahnya menggapai dasar kemaluannya. 
“Jilat kepalanya”, aku berbisik kepadanya. Dengan sigapnya ia segera 
tahu maksudku. Ia segera mulai menjilati kepala kemaluanku yang semakin 
membesar saja dan mengkilap oleh jilatan. Rasa geli dan nikmat bercampur
 jadi satu. Birahiku benar-benar sudah sampai di ujung, ingin segera 
mengikuti naluriku untuk segera memasukkan ke dalam liang senggamanya. 
Tetapi nanti dulu, kuciumi dulu tubuh Eva, dari mulai bibir, telinga, 
leher, buah dada, perut dan liang kewanitaannya. Kujilat-jilat 
klitorisnya yang membuat dia menggelinjang ke kanan kiri tidak karuan, 
pantatnya dia angkat tinggi-tinggi sehingga aku mempunyai ruang yang 
baik untuk melakukan kegiatanku menjilati klitorisnya yang sekilas 
kulihat semakin bengkak dan merah.
Sampai suatu saat tubuhnya makin menegang sambil berteriak menyebutkan 
sesuatu yang tidak jelas, bersamaan dengan itu membanjirlah cairan 
bening dari liang kewanitaannya. “Aku sampai Mas, aku sampai Mas…” 
begitulah ucapan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.
Kemudian kuambil posisi untuk menyetubuhinya, kemaluanku yang sudah 
tegang dan membesar di ujungnya kusiapkan di depan pintu gerbang 
kewanitaannya. Dengan bimbingan tangannya, kumasukkan kemaluanku sampai 
habis tertelan oleh liang kenikmatannya. Kembali ia mengerang, sambil 
memelukku dengan keras. Sejenak kudiamkan saja batang kejantananku di 
dalam. Kurasakan pijitan liang kewanitaannya sangat membuatku semakin 
nikmat. Batang kejantananku masih kudiamkan terendam di situ.
Eva mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, sampai kusentuh dasar 
kemaluannya yang terasa seperti benjolan yang semakin keras 
menyentuh-nyentuh kepala kemaluanku. Semakin nikmat rasanya, sehingga 
aku sendiri tidak tahan lagi dengan gesekan dan pijitan dari liang 
senggamanya sehingga otot-otot pada tubuhku menegang dan bersamaan 
dengan itu, tanpa kusadari keluar maniku membasahi dan menghangatkan 
dasar kemaluannya. Kurasakan Eva lagi-lagi mencapai orgasme. Kali ini 
lebih panjang erangannya, semakin kuat ia memelukku dan gerakan tubuhnya
 semakin tidak teratur. Kutancapkan dalam-dalam kemaluanku, hingga kami 
saling berpelukan. Beberapa detik kemudian kami terkulai. Aku masih 
belum ingin mencabut kemaluanku yang bersarang dengan damai di liang 
sorganya. Kubalik tubuhku sehingga ia menjadi menindihku. Eva 
benar-benar puas dan sangat-sangat kelelahan. Beberapa menit kemudian ia
 sudah tertidur dengan pulas. Kemaluanku yang sudah melemah masih berada
 di dalam liang kewanitaannya.
Aku pun tertidur, dengan perasaan lega. Tengah malam kami bangun dan 
bermain lagi sampai puas. Tiap bangun bermain lagi. Sampai akhirnya kami
 benar-benar tertidur hingga jam 10 pagi. Karena di rumah tempat kost-ku
 cukup tesedia makanan instan. Sehingga hari itu kami bisa melakukan 
dengan sepuas-puasnya, dan kami merasa tidak perlu lagi memakai baju di 
dalam rumah. Memasak air, menyapu mencuci piring selalu diselingi dengan
 adegan percintaan. Sampai sore hari ia berpamitan kembali ke Surabaya 
melanjutkan kuliahnya. Sejak saat itu ia sering ke kotaku. Sampai ia 
mempunyai pacar dan menikah.
| 
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI
 | 
 |